Kaca mata Alkitab

Posted by Melia Propolis Sabtu, 03 April 2010 0 komentar

-Sudut pandang yang tepat untuk membaca Alkitab
‘Kaca mata Alkitab’ adalah mengenai membaca Alkitab dengan sudut pandang yang tepat. Kesulitan dalam membaca sebuah buku dapat diatasi dengan memakai kaca mata yang sesuai. Benda-benda yang terletak sangat jauh dapat dilihat dengan jelas dengan bantuan dari teleskop. Benda-benda yang sangat kecil dan tidak kasat mata (mikroorganisme) dapat diteliti dengan bantuan mikroskop. Sama seperti itu, ketika membaca Alkitab, kaca mata yang sesuai dibutuhkan untuk mengerti firman Allah. ‘Kaca mata Alkitab’ dapat diringkas menjadi empat pokok berikut:

Pertama, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang kudus yang berpusat kepada Yesus. Yaitu untuk membaca Alkitab melalui kaca mata Yesus. Mulai dari Kejadian sampai Wahyu, Alkitab menyaksikan tentang Yesus (Yohanes 5:39, 20:31). Perjanjian Lama adalah seperti sebuah foto yang memiliki pemandangan yang rumit sebagai latar belakangnya. Sekilas pandang, mula-mula tidak mudah untuk menemukan gambar/tokoh utama dari foto yang sedemikian rupa. Perjanjian Baru adalah seperti foto yang diperbesar dan dipusatkan kepada gambar/tokoh utama. Kesaksian mutlak dari keseluruhan Alkitab difokuskan kepada Yesus yang telah ada bersama Allah dari kekekalan sampai ia datang ke dunia untuk mengungkapkan kehendak Allah. Inilah alasan mengapa Alkitab harus dibaca dengan sikap yang berpusat kepada Yesus.

Kedua, kaca mata Alkitab adalah sudut pandang yang berpusat kepada Allah (Teosentris). Alkitab berisi firman Allah dan mengungkapkan kehendak Allah. Oleh karena itu, Alkitab harus dibaca dan dimengerti dari sudut pandang Allah. Dahulu Alkitab biasanya diterjemahkan dengan metode yang berorientasi kepada sejarah penebusan. Pengertian mereka akan Allah adalah ‘Allah yang bekerja untuk menyelamatkan manusia’ dan ‘Allah yang bekerja untuk memuaskan keinginan manusia’. Bagaimanapun juga Allah adalah yang diuntungkan dari pekerjaan-Nya sendiri dan Ia menganugerahkan kasih karunia-Nya kepada manusia sebagai bagian dari pekerjaan-Nya. Sudut pandang yang berpusat kepada Allah diawali dengan gagasan bahwa Allah berada bukan untuk manusia tetapi manusia berada untuk Allah. Hanya ketika Alkitab dibaca dalam hubungannya dengan takdir Illahi, yang sudah dirancangkan sebelum kekekalan, barulah kehendak Allah dapat dimengerti dengan benar.

Ketiga, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang Ibrani. Dalam pembacaan Alkitab, ada dua macam sudut pandang: Yunani dan Ibrani. Sudut pandang Yunani berdasarkan pada pemikiran rasional dan ilmu pengetahuan. Ini berpusat kepada manusia, dan menolak apapun yang tidak bisa dimengerti secara rasional atau akal sehat. Mereka membaca Alkitab dengan pertanyaan ‘bagaimana’. Bagi mereka sangatlah penting untuk mendapatkan jawaban yang rasional dari pertanyaan ‘bagaimana’. Sebaliknya, sudut pandang Ibrani mengikuti pemikiran orang Ibrani yang berpusat kepada Allah. Pengertian mereka mengenai Alkitab berdasarkan pada pemikiran bahwa Allah adalah yang Maha Kuasa. Mereka lebih tertarik kepada tujuan Ilahi dari peristiwa-peristiwa di dalam Alkitab. Bagaimana cara itu terjadi dan bagaimana prosesnya tidaklah menjadi perhatian mereka. Jadi mereka membaca Alkitab dengan pengertian ‘mengapa’. Jika pengertian ‘mengapa’ digunakan untuk membaca Alkitab maka kehendak Allah menjadi dapat dimengerti. Sudut pandang Yunani membawa kita kepada interpretasi sudut pandang sejarah penebusan, dan sudut pandang Ibrani membawa kita kepada interpretasi dari Gambar Kehendak Allah yang Seutuhnya.

Keempat, kaca mata Alkitab adalah suatu sudut pandang yang berorientasi pada pengalaman rohani. Sudut pandang ini mendekati Alkitab melalui kaca mata dari pekerjaan Roh Kudus sekarang ini. Peraturan dari suatu agama terdiri dari penyajian sistematik dari doktrin agama tersebut. Alkitab bukanlah sebuah buku dari doktrin-doktrin. Alkitab penuh dengan pengalaman-pengalaman dan kesaksian-kesaksian dari mereka yang pernah bertemu Allah dalam kehidupan mereka. Yesus selalu sama, tidak pernah berubah dahulu dan sekarang . Pekerjaan Roh Kudus masih berlangsung sekarang sama seperti dua ribu tahun yang lalu. Oleh karena itu firman Allah yang tercatat dalam Alkitab harus dialami secara pribadi oleh setiap orang percaya. Hanya melalui Roh Kudus, firman Allah dapat dialami oleh manusia.

Ayat Alkitab terkait:
Yohanes 5:39; 20:31.
Read More..

Alkitab Karunia Terbesar

Posted by Melia Propolis 0 komentar


Di antara pelbagai karunia Allah bagi umat manusia, yang pertama adalah AnakNya Yesus Kristus, kemudiankarunia tertinggi dari Tuhan Yesus bagi kita adalah Roh Kudus, Parakretos yang dimana pada akhirnya karunia Roh Kudus kepada Gereja masa kini adalah Alkitab. Oleh karena itu Alkitab menyimpan janji janji dari Allah yang hidup dan menjamin kuasa dan tanda-tanda. Meskipun demikian Gereja Kristen kontemporer telah berbalik dari karunia Allah yang besar ini. Setelah mengenal dan penuh ucapan syukur menerima karunia tersebut, sudah seharusnya juga dipenuhi dengan kuasa dan tanda-tanda dari Roh Kudus. Bagaiamana ini bisa menjadi mistik dan mengapa setiap orang harus waspada terhadap hal ini.

Kita telah menerima iman melalui pewahyuan Allah dan telah menerima Roh Kudus juga dan percaya kepada Alkitab yang telah memerintahkan kita untuk melakukannya. Karena dengan kerelaan kita mau mengikuti Alkitab dengan mendedikasikan seluruh tubuh dan roh jiwa kita, kita menaati Firman yang disampaikan Alkitab dan tidak meragukan sedikitpun bahwa kita harus diberkati dengan kuasa dan tanda-tanda yang sedemikian rupa.

Apa yang dapat kita tukarkanuntuk kehidupan biologis kita? Tentunya bukanlah sutu kemunafikan, ritual, dan doktrin. kita tidak bisa menyerahkan hidup kita bagi doktrin, demikian juga kita tidak mendedikasikan hidup kekal bagi agama karena kita bersandar kepada janji-janji Allah. Allah tidak mewariskan kita agama maupun ritual, tetapi memberikan Anak tunggal terkasih sebagai korban dan mengutus Roh Kudus kepada dunia sebagai Parakretos. Untuk bersaksi mengenai hal ini, Ia juga memberikan Alkitab dan menjaga janji dan otoritas dari FirmanNya.

Alkitab adalah buku perjanjian Allah dan Allah sendiri bersumpah atasnya, mengenai Kebenaran Yesus Kristus yang digenapi dengan darah dan karunia karunia dari Roh Kudus. Alkitab adalah perjajian kekal, dan pekerjaan kita adalah iman dan ketaatan. Ketaatan adalah memberikan otoritas total kepada firman Alkitab. Marilah kita kembali ke Alkitab.

Oleh Dr Ki Dong Kim
Read More..

Alkitab bersaksi tentang Yesus

Posted by Melia Propolis 0 komentar



- Buku yang berisi Firman Allah
- Buku yang ditulis dengan inspirasi Roh Kudus.
- Buku yang bersaksi tentang Yesus.

Alkitab adalah buku yang berisi firman Allah. Ada banyak buku-buku di dunia ini, tetapi semuanya datang dari hikmat dan pengetahuan manusia. Sedangkan Alkitab berasal dari Allah. Alkitab ditulis oleh mereka yang mendapat inspirasi dari Roh Kudus. Para penulis Alkitab tidak menerima kata demi kata yang didiktekan Allah. Mereka didorong oleh Roh Kudus ketika mereka menulisnya. Alkitab tidak dimaksudkan untuk dibaca sebagai suatu tulisan sejarah karena tujuannya adalah untuk mengungkapkan kepada manusia (ciptaan), kehendak Allah (Pencipta), yang berada dengan sendirinya dari kekekalan sampai kekekalan (Yohanes 20:31). Oleh karena itu, pembacaan Alkitab harus mengarah kepada pengertian yang sesungguhnya mengenai kehendak Allah supaya siapapun dapat mentaatinya.
Alkitab memuat firman Allah yang bersaksi tentang Allah yang hidup dan Yesus yang diutus-Nya. Jadi Alkitab sarat dengan berita-berita dan kesaksian-kesaksian mengenai Yesus. Alkitab dicatat supaya manusia dapat percaya bahwa Yesus adalah Kristus, Anak Allah, dan oleh karena percaya akan hal tersebut manusia dapat memperoleh hidup di dalam nama-Nya (Yohanes 20:31). Supaya mendapatkan hidup kekal, seseorang harus mengenal satu-satunya Allah yang benar dan Yesus Kristus, yang diutus Allah untuk manusia (Yohanes 17:3). Oleh karena itu, para pembaca Alkitab harus menemukan Yesus di dalam Alkitab dan memastikan bahwa semua janji-janji yang ditulis dalam Alkitab terjadi dalam hidup mereka.
Alkitab terdiri dari dua perjanjian, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Lama adalah bayangan dan kiasan dari apa yang akan digenapi oleh Anak Allah. Apa yang disampaikan melalui Hukum Musa adalah situasi yang sesungguhnya mengenai Allah yang benar dan manusia yang berdosa. Pesan yang disampaikan oleh para nabi adalah mengenai kedatangan Mesias untuk menyelamatkan manusia, yaitu orang-orang berdosa. Semua upacara pengorbanan yang dipersembahkan dengan mencucurkan darah binatang di bawah Hukum Musa akan digantikan dengan pelayanan penebusan Yesus Kristus. Para imam agung adalah perumpamaan bagi Yesus Kristus yang adalah Imam Agung bagi semua orang selama-lamanya. Perjanjian Baru itu adalah kenyataan itu sendiri. Perjanjian Baru memberi kesaksian tentang Yesus, Juruselamat, yang datang sebagai penggenapan dari nubuatan-nubuatan di Perjanjian Lama, menebus kita, dibangkitkan, diangkat ke surga, dan yang akan datang lagi dari takhta surgawi. Semua kiasan-kiasan dan bayangan-bayangan digenapi di dalam Yesus Kristus. Perjanjian Baru menyaksikan akan hal tersebut.

Ayat Alkitab terkait:
Matius 5:17, Markus 12:28, Lukas 1:37; 24:44, Yohanes 5:39; 6:63,68;12:50;20:31,
2 Timotius 3:16-17, Ibrani 11:3, 2 Petrus 1:20-21.
Read More..

Alkitab adalah suara Allah

Posted by Melia Propolis 0 komentar


“Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal , tetapi walaupun kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku.” Yoh 5:39

Alkitab adalah suara Allah

Alkitab bukanlah buku dari pemikiran-pemikiran logis atau imajinasi tetapi memuat pengalaman-pengalaman nyata yang berhubungan dengan Allah dan bayak orang dalam kurun waktu yang panjang. Berdasarkan apa yang Allah telah nyatakan, Alkitab mencatat pengalaman-pengalaman mereka yang mentaati, perwahyuan Allah sepanjang keomposisinya selama 16.000 tahun. Tujuan tunggal dari pewahyuan-pewahyuan dan juga catatan-catatan adalah untuk memperkenalkan Yesus kepada kita. Itulah mengapa melalui Alkitab kita dapat mengenal Allah dengan baik.
Alkitab bukan hanya sebuah kumpulan dari catatan-catatan sejarah. Melalui Roh Kudus yang diam didalam kita, kita bisa mendengar firman Allah, yang dikatakan kepada Abraham dan Yoshua, dan juga Firman yang Yesus katakan kepada semua murid-muridnya.
Firman yang memuat perwahyuan Allah

Allah menyatakan kehenda-Nya melalui Alkitab (2Petrus 1: 12-21). Maka Alkitab adalah Firman Allah akan perwahyuan. Bertolak belakang dengan agama-agama lain, iman dalam ke-Kristenan memiliki arti mempercayai firman yang dinyatakan oleh Allah, yang menghasilkan iman yang hidup sebagaimana yang disaksikan oleh Roh Kudus diantara orang-orang percaya. Firman Allah adalah perkataan hidup yang kekal (Yoh 6:68), kebenaran yang tidak bisa dibungkamkan (Yoh 12:50), Firman yang menjadikan segala sesuatu (Ibrani 11:3) Di sinilah terletak otoritas Alkitab. Untuk alasan inilah, Alkitab tidak dapat dibatalkan (Yoh 10:35) dan tidak dapat berlalu (Mat 24:32-35), karena itu tidak mungkin memisahkan Allah yang kekal dari Firman-Nya yang kekal.
Oleh karena itu, Alkitab adalah perantara tertinggi dan perwahyuan pribadi Allah yang tidak kelihatan ( 2Timotius 3: 10-17). Lebih lanjut lagi, kehendak yang disingkapkan Allh melalui Alkitab adalah Yesus Kristus. Inilah bagaimana kita percaya kepada Yesus Kristus dan menerima keselamatan yang dijanjikan Allah seturut dengan kehendak yang dinyatakan-Nya (Yoh 20:30-31).
Yesus yang dengan sempurna menggenapi Alkitab.
Yesus adalah Dia yang diutus dengan sempurna menggenapi janji janji Alkitab dan pengharapan dari umat manusia. Yesus datang kedunia sesuai dengan firman pewahyuan dan menyelesaikan dengan sempurna keseluruhan Alkitab. Firman Alkitab terbentuk dari nubuatan yang menunjuk kepada kedatangan Yesus dan kesaksian-kesaksian akan penggenapannya. Secara singkat alkitab adalah “kesaksian mengenai Yesus Kristus” yang juga adalah Firman yang menuntut kita untuk memiliki hidup kekal melalui Dia (Yoh 5:39).
Yesus tidak pernah bertindak dari diri-Nya sendiri semasa kehidupan pelayanan resmi-Nya. Melainkan ia menjalani setiap jam kehidupan-Nya untuk menggenapi Alkitab dengan menyatakan tanda-tanda heran dalam proses penggenapan dari Firman (Mat 8:16) dan bahkan menang atas pencobaan dari Iblis (Mat 4:1-11). Sepanjang hidup-Nya, Yesus menggenapi Alkitab dan menyelesaikan dengan sempurna kehendak Allah yang memberikan hidup kekal kepada dunia ( Yoh 1:4)
Roh Kudus bekerja sesuai dengan Firman
Jika Yesus adalah yang menggenapi Alkitab yang memuat kehendak Allah, maka Roh Kudus adalah yang mengekspresikan kekuatan Allah sebagaimana adanya. (2Tim 3:16) Karena Roh Kudus memelihara pekerjaan-pekerjaan yang telah dilakukan Yesus dan bersaksi mengenai-Nya.
Tanda-tanda heran yang diperbuat Yesusdan para murid-Nya terus terjadi sampai masa kini oleh gereja-gereja adalah sebuah kesaksian yang jelas bahwa Roh Kudus menjamin Firman Allah. (Mark 9:23 dan Yoh 14:13)
Roh Kudus yang bekerja sesuai dengan firman, menghancurkan pikiran dosa yang bertentangan dengan Allah dan roh Kudus mempengaruhi kita untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya (Roma 8:7-8).
Orang-orang kudus yang mengenal Otoritas Alkitab.
Firman dalam Alkitab adalah yang sama dari kemarin , sekarang dan selamnya dan bekerja atas kita dengan cara yang sama dengan apa yang Yesus genapi, dan Roh Kudus senantiasa menjaminnya.
Kesaksian-kesaksian dari nenek moyang sangat melimaph dalam Alkitab (Ibrani 11:1-3) dan terus berlanjut sampai saat ini karena firman Allah adalah jaminana-Nya (Bil 23:19) dan Allah menepatinya (Yeremia 1:12). Firman-Nya seperti uang kontan yang diterbitkan dan dijamin oleh-Nya bahwa doa kita dijawab (Yoh 15:7-8) Oleh karena itu kita harus menjunjung tinggi Firman Allah seperti harta terpendam (Mat 13:44), karena tidak ada yang mustahil bagi mereka yang mengenal otoritas Alkitab (Lukas 1:37).
Diambil dari Today’s Bereans Summer 2006 Vol 1 No.3
Read More..

Nama Allah

Posted by Melia Propolis 0 komentar

Yehovah, Nama yang Disingkapkan Melalui Malaikat

Alkitab berbicara mengenai nama Allah. Dengan kata lain, Allah membuat nama-Nya dikenal melalui Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dan mengizinkan orang-orang percaya untuk memuji nama itu. Akan tetapi, nama yang disingkapkan-Nya berbeda menurut zamannya. Pada masa Perjanjian Lama, Allah menyingkapkan nama Yehovah melalui malaikat, sedangkan pada masa Perjanjian Baru Allah membuat nama Yesus dikenal melalui Anak-Nya.

Malaikat yang sangat dipercaya untuk tugas membuat nama Yehovah dikenal oleh bangsa Israel adalah malaikat Tuhan. Perjanjian Lama mengatakan bahwa Abraham berjumpa dengan Allah, Ishak berjumpa dengan Allah dan Yakub berjumpa dengan Allah(Genesis 35:1-5). Pada kenyataannya yang mereka jumpai adalah utusan Allah yang telah menyatakan diri dalam nama Yehovah yaitu malaikat Tuhan (Genesis 22:1-2); Genesis 9-12; Genesis 15-17). Oleh karena itu, Injil Yohanes mengatakan, “Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah” (John 1:18). Hanya Anak Allah yang telah melihat Dia (John 4:46).

Nama Yehovah yang diungkapkan melalui malaikat telah diberikan sebagai warisan/pusaka bagi Israel saja, umat pilihan Allah yang membangun bait Allah supaya memberikan korban-korban di hadapan nama tersebut (2 Chronicles 2:6). Dan nama itu tidak disebarluaskan kepada bangsa lain karena nama itu hanya diberikan kepada orang-orang Israel saja. Di samping itu, tidak semua mereka yang di bawah nama Yehovah dipakai, yaitu mereka yang secara khusus dipilih dan secara pribadi ditunjuk oleh Allah saja yang dipakai. Allah memberikan hukum Taurat kepada umat Israel melalui malaikat Tuhan (Genesis 24:12; Acts 3:10). Hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat memuat kebenaran Allah, tetapi bukan kasih karunia (Galatians 3:10). Itulah sebabnya Allah adalah Allah yang menggetarkan/menakutkan bagi Israel. Pelanggaran hukum Taurat akan segera menerima hukuman. Orang-orang Israel yang telah menerima hukum Taurat tidak mempunyai hak untuk memanggil Allah “Bapa” karena sebagai hamba, mereka menghormati nama Yehovah.

Nama Yesus Disingkapkan Melalui Anak

Pada zaman Perjanjian Baru, Allah memperkenalkan nama Yesus melalui Anak-Nya. Dengan kata lain, Anak Allah mewarisi nama Yesus dan datang dalam nama tersebut. Oleh karena itu, Alkitab mengatakan, “Jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (Hebrews 1:4). Dengan kata lain, Yesus, nama Allah disingkapkan melalui Anak-Nya. Nama Yehovah disampaikan kepada bangsa Israel melalui malaikat, sedangkan nama Yesus disampaikan kepada orang-orang percaya melalui Anak Allah. Nama Allah yang ditinggikan, dan dipanggil oleh anak-anak-Nya yang memanggil Allah “Bapa” adalah Yesus.

Allah tidak pernah memberikan nama Yehovah sebagai iman. Orang-orang Kristen bukanlah mereka yang percaya kepada nama Yehovah yang disampaikan melalui malaikat, tetapi mereka yang sudah percaya dan menerima nama Yesus yang dibawa oleh Anak Allah (John 1:12). Inilah alasannya bahwa untuk mengenal Yesus yang datang di dalam nama Yesus yang adalah Anak Allah, yaitu percaya di dalam nama Yesus, dasar iman kita.

Nama Yesus memiliki wibawa, kuasa, keselamatan dan janji-janji Allah (Mark 16:17-18; John 14:13-14; Acts 2:21; Acts 4:12). Maka orang-orang kudus mengusir setan-setan, menyembuhkan orang sakit, dan menerima pengampunan dosa, jawaban doa dan hidup kekal di dalam nama Yesus. Alkitab mengatakan tidak ada nama lain yang diberikan kepada umat manusia yang mana mereka dapat diselamatkan (Acts 4:12). Allah menepati janji-Nya kepada mereka yang diselamatkan di dalam nama Yesus. Mereka yang memiliki nama Yesus adalah anak-anak Allah dan Allah berada bersama-sama mereka. Dan anak-anak Allah adalah bait Allah yaitu bait Roh Kudus ( 1 Corinthians 3:16).

Yesus, Nama Allah Tritunggal

Allah adalah satu dalam tiga pribadi. Tiga pribadi dari Allah Tritunggal mempunyai kepemilikan bersama akan nama Yesus. Yesus adalah nama Bapa, Anak, dan Roh Kudus. Anak Allah, Yesus Kristus, datang di dalam nama yang Bapa telah berikan kepada-Nya, nama Bapa adalah Yesus (John 5:43). Roh Kudus juga datang kepada orang-orang percaya di dalam nama Yesus dan berdiam di dalam mereka (John 14:26).

Anak Allah datang di dalam nama Yesus yang diberikan oleh Bapa, bekerja di dalam nama ini dan memuliakan Dia (John 10:25; John 12:28). Allah diperkenalkan melalui malaikat yaitu mengenal nama Anak, Firman yang akan menjadi daging, Ia akan dipanggil Yesus (Matthew 1:21). Kemudian Yusuf memberi Anak-Nya nama Yesus segera segera setelah Dia lahir. Demikian pula Tuhan Yesus menyatakan nama-Nya sebagai “nama yang Bapa berikan” (John 17:11-12) dan mengatakan, “Aku telah datang di dalam nama Bapa-Ku” (John 5:43). Alkitab juga mengatakan Yesus datang untuk melakukan kehendak Bapa-Nya, bukan kehendak-Nya sendiri (John 6:38-39). Anak Allah yang telah menjadi Anak Manusia, mati dan dibangkitkan sesuai dengan kehendak Bapa. Yesus mengatakan, “Aku datang di dalam nama yang diberikan kepada-Ku, Aku bekerja di dalam nama-Nya dan menyaksikan hal tersebut (John 5:43; John 10:25; John 17:11-12, John 17:26).

Anak Allah taat kepada Bapa dan secara sempurna berserah kepada Bapa selama kehidupan pelayanannya di bumi. Kemudian Ia naik ke sorga dan meminta kepada Bapa untuk mengutus Roh Kudus yang telah dijanjikan (John 14:26; Acts 2:33). Ketika Yesus memperkenalkan Roh Kudus, Ia juga mengatakan, “Roh Kudus yang akan datang di dalam nama-Ku.” Roh Kudus tinggal diam dalam orang-orang percaya dalam nama Yesus (1 Corinthians 3:16), mengingatkan mereka akan firman Allah dan mengajarkannya (John 14:26). Ia juga memimpin orang-orang kudus kepada kebenaran (John 16:13).

Setelah kematian dan kebangkitan-Nya, Yesus memerintahkan murid-murid-Nya untuk “membaptis mereka dalam nama Bapa, Anak dan roh Kudus” (Matthew 28:19). Jadi mereka memberi diri dibaptis dalam nama Yesus (Acts 2:38-41 Acts 8:16; Acts 10:48; Acts 19:5). Dengan kata lain, mereka dibaptis dalam nama Yesus yang adalah nama Bapa, Anak dan Roh Kudus. Bagi orang-orang percaya, dibaptis tidak hanya berarti dipersatukan dengan Yesus Kristus, tetapi juga menerima penegasan dari Allah Tritunggal, Bapa, Anak dan Roh Kudus (Romans 6:4-5); Revelation 14:1). Hanya di dalam nama Yesus, yaitu nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, seseorang dimateraikan oleh Allah dan dikaruniakan roh sebagai jaminan (2 Corinthians 1:22; 2 Corinthians 5:5).

Nama Allah dan Bait Allah

Bait Allah adalah tempat nama Allah (1 Kings 5:5; 2 Chronicles 7:16). Alkitab mengatakan mengenai peraturan-peraturan dari ibadah kudus dan hukum-hukum tempat ibadah (Hebrews 9:1). Pada zaman Perjanjian Lama, Allah menempatkan nama Yehovah pada tempat ibadah buatan tangan manusia, tetapi pada zaman Perjanjian Baru, Allah menempatkan nama Yesus pada tempat ibadah yang tidak dibuat tangan manusia, yaitu pada roh jiwa manusia. Tempat ibadah yang pertama adalah berasal dari unsur bumi, terbatas dan dapat dilihat , sedangkan yang sesudahnya adalah kekal dan tidak dapat dilihat karena tidak dibangun oleh manusia. Bait Allah di Perjanjian Lama adalah kiasan, dibentuk dengan peraturan-peraturan jasmaniah, ditetapkan sampai tiba masa Perjanjian Baru.

Alkitab mengatakan bahwa tanpa kekudusan seorang pun tidak dapat melihat Allah. Pada mulanya, Adam menjalin persahabatan dengan Allah, tetapi tidak lagi dapat melayani Allah karena ia tidak taat kepada perintah-Nya. Meskipun demikian, Allah mengizinkan manusia untuk beribadah kepada-Nya dengan memberikan hukum Taurat. Beribadah di bawah hukum Taurat diatur oleh aturan-aturan untuk jasmani dan dipersembahkan pada tempat ibadah yang dibuat oleh manusia. Allah menempatkan nama Allah sebagai Yehovah di dalam rumah yang dibuat oleh manusia dan memisahkannya sebagai tempat ibadah untuk menyembah nama tersebut. Bagaimana pun juga, bait Allah pada Perjanjian Lama dan apa yang dilakukan di dalamnya adalah kiasan dan bayangan (Hebrews 9:9-10).

Allah mengutus Yesus Kristus ke dunia, membuat Dia menanggung dosa umat manusia supaya barang siapa yang percaya kepada bakti Yesus akan menjadi bait-Nya. Roh jiwa yang dosanya tidak diampuni tidak bisa menjadi bait Allah. Hanya mereka yang bergantung kepada bakti Yesus Kristus yang bisa menjadi bait Allah di mana Roh Kudus yang datang dalam nama Yesus dapat tinggal diam (Acts 2:38).

Orang-orang kudus dimana Roh Kudus tinggal di dalam nama Yesus adalah bait Allah (1 Corinthians 3:16). Bait Allah adalah tempat di mana nama Allah dikuduskan, dimuliakan, diagungkan dan ditinggikan. Alkitab mengatakan, “Barangsiapa menghancurkan bait Allah, Allah akan menghancurkan dia; karena bait Allah adalah kudus, dan kamu adalah bait Allah itu.” Orang-orang kudus yang telah menjadi bait Allah harus selalu kudus dan memuliakan nama Allah. Bait Allah adalah tempat nama Allah ditemukan, disembah dan dimuliakan.
Read More..

Total Tayangan Halaman